Pengampunan merupakan salah satu ajaran inti dalam kekristenan yang sering kali sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dari kita yang pernah merasa tersakiti atau dikhianati, dan perasaan itu bisa meninggalkan luka yang mendalam. Namun, sebagai orang Kristen, kita diajak untuk memahami dan mengamalkan pengampunan sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus Kristus.
Dalam Matius 18:21-22, Petrus bertanya kepada Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus menjawab, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Jawaban Yesus ini bukanlah tentang hitungan matematika, tetapi tentang sikap hati yang penuh dengan pengampunan tanpa batas.
Pengampunan tidak berarti kita harus melupakan apa yang terjadi atau mengabaikan keadilan. Pengampunan adalah sebuah tindakan untuk melepaskan rasa marah, dendam, dan kebencian yang dapat merusak diri kita sendiri. Ketika kita memutuskan untuk mengampuni, kita membebaskan diri dari belenggu negatif yang menghalangi hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Yesus memberikan teladan tertinggi dalam hal pengampunan saat Dia disalibkan. Dalam Lukas 23:34, Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dalam penderitaan yang luar biasa, Yesus tetap memilih untuk mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Ini adalah contoh kasih yang luar biasa dan pengampunan yang sejati.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, pengampunan bisa dimulai dari hal-hal kecil. Mungkin ada teman yang pernah menyakiti perasaan kita dengan kata-kata yang tidak pantas, atau mungkin ada anggota keluarga yang berbuat salah dan membuat kita marah. Memilih untuk mengampuni mereka adalah langkah pertama menuju kedamaian batin dan hubungan yang lebih baik.
Pengampunan juga membawa dampak positif bagi kesehatan mental dan fisik kita. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mampu mengampuni cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah, tingkat stres yang lebih rendah, dan kondisi emosional yang lebih baik. Ketika kita mengampuni, kita membebaskan diri dari beban yang bisa merusak kesejahteraan kita.
Namun menurut mentah.biz.id , pengampunan bukanlah proses yang instan. Kadang-kadang kita membutuhkan waktu untuk merenung, berdoa, dan meminta bantuan Tuhan untuk memberikan kita kekuatan dan keberanian untuk mengampuni. Dalam Filipi 4:13, kita diingatkan bahwa “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Dengan mengandalkan Tuhan, kita bisa menemukan kekuatan untuk mengampuni.
Renungan tentang pengampunan ini mengajak kita untuk melihat pengampunan sebagai anugerah yang harus kita bagikan. Sama seperti kita telah diampuni oleh Tuhan melalui Yesus Kristus, kita juga harus bersedia untuk mengampuni orang lain. Dengan demikian, kita bisa menggapai damai sejati dalam hati dan hidup kita.
Mari kita berdoa dan meminta Tuhan untuk membantu kita mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita. Semoga melalui pengampunan, kita bisa merasakan kasih dan damai yang sejati dari Tuhan, serta membagikannya kepada dunia di sekitar kita. Amin.